Penulis dibuat ketar-ketir setelah menonton film Siksa Neraka yang baru saja nongol di Netflix. Alasannya? Karena penulis ngirain akan nonton film Siksa Kubur (penulis salah ingat judul film, plus judul filmnya mirip-mirip…) arahan Joko Anwar. Yang terjadi adalah, penulis menghabiskan waktu sekitar 90 menit untuk menonton film hasil arahan Anggy Umbara. Jadi apa kesan setelah menonton film ini?
Menurut penulis, film ini sebenarnya punya potensi untuk menjadi sebuah film bagus yang lebih bermakna dari segi religi (disclaimer dlu, penulis bukan penganut agama Islam, jadi mohon dimaafkan apabila ada tulisan di review ini yang dianggap kurang berkenan). Tapi alih-alih memberikan sebuah pesan religi, film ini terkesan hanya ingin memperlihatkan bahwa Indonesia sudah mumpuni untuk memproduksi film yang penuh dengan adegan-adegan sadis yang kelihatan riil.

Secara unsur religi, penonton hanya disuguhkan dengan fakta bahwa salah satu pemeran utama di film ini adalah seorang Ustad yang benar-benar patuh dengan agama, beserta keluarga-keluarganya yang juga digambarkan sebagai keluarga yang patuh dengan ajaran agama. Lalu seiring berjalannya film, disematkan monolog yang menjelaskan bahwa, neraka itu memang ada dan pendosa pasti akan dihukum tanpa belas kasihan ketika sudah meninggalkan dunia fana.

Jalan cerita yang diberikan terkesan “mengada-ngada”, dan sang sutradara kurang mengembangkan background dari masing-masing karakter, sehingga hasilnya adalah, semua pemainnya terkesan kurang mendalami peran mereka. Di setiap pengungkapan fakta kelam masing-masing pendosa, penulis merasa seakan semua itu hanya sebuah filler yang dipikirkan secara buru-buru. Alhasil, penonton pun kurang bisa bersimpati dengan apa yang terjadi. Mungkin film ini akan menjadi lebih bagus apabila dikembangkan sebagai film seri (ambil contoh film seri Teluh Darah).
Satu-satunya yang bisa dibanggakan di film ini hanyalah bagaimana kualitas CGI film produksi Indonesia telah berkembang pesat, karena semua siksaan yang dipertunjukan di film ini benar-benar membuat bergidik. Tapi hanya itu saja yang menurut penulis cukup bagus. Sisanya, just beyond average… Untuk itu, penulis hanya bisa memberikan nilai 3/10.